Terbit! Inilah Karya Perdana Santri Pondok Pesantren Darul Hikmah Pakem

Novel berjudul Ghost Dormitory in Edinburg yang ditulis oleh Nida Nur H, telah diterbitkan oleh Mizan pada tahun 2018. Novel tersebut merupakan karya perdana santri pondok pesantren Darul Hikmah Pakem. Dikatakan perdana karena di antara beberapa santri yang memiliki minat menulis, baru Nida Nur H yang berhasil menyelesaikan penulisan naskah dan diterbitkan oleh penerbit besar di Indonesia.

Perjuangan santri asal Kebumen ini sangat keras, banyak tanaga, waktu, dan pikiran yang harus diluangkan dalam penyelesaian naskah. Setiap hari dia harus berpikir keras dalam menggalang inspirasi, menentukan narasi, dan mencapai entitas kesempurnaan sebuah teks yang mudah dibaca oleh khalayak masyarakat Indonesia. Keberhasilan dia dalam karya perdananya ini membuatnya sangat senang.
“Udah jadi kaya gini aja seneng banget. Aku ngirim ini (naskah) pas masih kelas satu SMP, terus udah lama ga buka-buka email lagi, eh pas kemarin dikasih kabar kalau novelku terbit”, jelasnya saat diwawancarai.


Ketekunan santriwati dalam bidang penulisan dimulai sejak Sekolah Dasar. Di umurnya yang masih belia, dia sudah berhasil menyelesaikan naskah novel. Hebatnya, dia sangat percaya diri menawarkan naskahnya kepada Mizan. Sayang sekali pada saat itu dia belum beruntung, naskahnya ditolak oleh tim redaksi, sehingga dia harus berjuang lagi menggalang ide untuk menulis.


“Dulu pas kelas lima SD sudah pernah ngirim, tapi ditolak. Terus pas kemaren ngirim naskah lagi, aku bilang kalau dulu naskahku pernah ditolak. Alhamdulillah yang ini diterima dan diterbitkan”. Ujar Nida di pondok pesantren Darul Hikmah Pakem.


Setelah karya perdananya terbit, santri yang masih duduk di kelas X SMAT Darul Hikmah Pakem ini mengaku ingin melanjutkan penulisan novel. Sementara ini ide yang ada nulis tentang cinta dan berbagai macam pendukung serta halangannya. 


“Pengennya sih nglanjutin lagi, udah ditantang sama pak Sahlan untuk nulis kisah-kisah yang ada di pondok pesantren. Percintaan, pengajian, hukuman, dan bisa tema-teman lainnya” ungkap Nida. 


Tuntutan para pembaca kepada seorang penulis tidak ada lagi selain tuntutan untuk menulis karya yang selanjutnya. Bisa jadi novel itu seri kedua yang meneruskan cerita novel pertama, sehingga banyak peminat yang ingin segera membacanya.


Saat diklarifikasi mengenai tantangan ustadz Sahlani kepada Nida, beliau membenarkan tantangan tersebut. 


“Saya tantang untuk nulis cerita-cerita yang ada di pondok pesantren, pokoknya di keseharian kita aja dijadikan bahan menulis”, ujar ustadz Sahlani.


Ustadz Sahlani mengaku bahwa dirinya bersama segenap pengurus pondok pesantren Darul Hikmah Pakem selalu memotivasi setiap santri yang memiliki bakat dan minat apapun. Dalam hal ini, dirinya mendukung dan memotivasi Nida melalui dialog dan memberikan berbagai macam referensi tokoh agar bisa ditiru ketekunannya.

Post a Comment

0 Comments