Selama bulan ramadan, setiap umat Islam diwajibkan melaksanakan puasa selama satu bulan. Di bulan ini umat Islam dilatih untuk bisa menahan lapar, dahaga, emosi, dan hawa nafsu. Di bulan ini juga, setiap umat Islam diinstruksikan untuk memperbanyak aktivitas ibadah kepada Allah. Salah satu praktik ibadah yang ditekankan di sini ialah melestarikan budaya akademik.
Budaya merupakan pola pikir, akal budi, atau cara hidup umat manusia yang diwariskan dari generasi ke generasi. Sedangkan akademis diartikan sebagai aktivitas yang bersifat ilmiah, bersifat ilmu pengetahuan, bersifat teori. Berdasarkan pengertian secara etimologi tersebut, bisa diambil makna bahwa budaya akademik merupakan pola pikir atau cara hidup sekelompok manusia yang bersifat ilmiah, dan cara pola pikir itu diwariskan dari generasi ke generasi.
Lalu bagaimana kita bisa melihat budaya akademik di bulan ramadan ini? Memasuki bulan ramadan, budaya akademik tidak hanya dilestarikan di lembaga pendidikan formal (perguruan tinggi), tetapi juga bisa terlihat di lembaga pendidikan nonformal dan informal. Setiap lembaga itu bisa menjadi satu kesatuan yang selalu melengkapi, sehingga bisa meluluskan individu yang handal.
Dorongan untuk Memperoleh Ilmu Pengetahuan
Selain al-Qur'an, suasana bulan ramadan disadari atau tidak, juga mendorong setiap manusia untuk memperoleh ilmu pengetahuan, dan juga mendorong setiap pengelola lembaga pendidikan formal, informal, dan nonformal untuk menambah jam kajian. Kita bisa lihat fenomena ini terjadi di perguruan tinggi, sekolah, masjid, majelis taklim, dan bahkan di rumah sendiri, porsi belajarnya ditambah, sekalipun sifatnya ada yang tidak wajib.
Adanya jam tambahan selama bulan ramadan ini dapat dilihat dalam bentuk kajian setiap sore, menjelang terawih, selepas subuh, dan ada juga pada pagi atau siang hari. Terlebih di pesantren, kajian kitabnya bisa lebih padat dari pada hari-hari biasanya, karena ditargetkan harus hatam. Kitab yang dikaji tidak hanya satu, setiap orang bisa mengikuti lebih dari tiga kajian kitab dalam sehari.
Jam-jam kajian ini ditambah tidak lain bertujuan untuk mewariskan pola pikir atau cara hidup umat Islam di bulan ramadan. Cara hidup yang ada sejak zaman nabi terus-menerus diwariskan hingga saat ini melalui para ulama kita, cara hidup yang dikaji ini bersifat teoretis, kemudian langsung dilaksanakan selama bulan ramada. Ekspansi teoretis ini dilakukan oleh seseorang dan lembaga agar cara hidup setiap orang bisa sinkron dengan bulan ramadan.
Ilmu Pengetahuan Mengukuhkan Keimanan dan Perbuatan
Setiap orang bisa merasakan bahwa ramadan adalah bulan yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Ketika ilmu pengetahuan ini bisa didapatkan secara ganda selama ramadan, tentunya akan mengukuhkan keimanan dan perbuatan setiap orang. Misalkan puasa ramadan, jika sesorang tidak memiliki pengetahuan tentang wajibnya puasa, maka dia tidak akan melaksanakannya. Jika orang tahu kalau membatalkan puasa tanpa halangan itu dendanya berat, maka ia akan berpikir lagi untuk membatalkannya.
Contoh lain, jika orang lain tidak mengetahui jika bersenggama di bulan ramadan itu membatalkan puasa, tentu orang ini akan seenaknya sendiri melakukan itu. Akhirnya tiada guna puasanya, karena dirinya sendiri yang membatalkannya dengan perbuatan yang dilarang di siang hari. Oleh karena itu, bulan ramadan ini bukan bulan yang biasa, kita harus memiliki banyak ilmu pengetahuan untuk menjalani puasa di bulan ramadan. jadi Selama ramadan, sempatkan mengikuti kajian-kajian yang ada di dekat rumah untuk menambah ilmu pengetahuan, agar kadar keimanan diri semakin kukuh.
Syarat-syarat Keberhasilan dalam Meraih Ilmu Pengetahuan
Ketika memasuki budaya akademik, setiap orang harus siap dengan konsekuensinya. Mereka harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan oleh ulama untuk bisa meraih ilmu dengan mudah. Syekh Al-Zarnuji kitab Ta'lim Muta'allim menjelaskan bahwa:
Budaya merupakan pola pikir, akal budi, atau cara hidup umat manusia yang diwariskan dari generasi ke generasi. Sedangkan akademis diartikan sebagai aktivitas yang bersifat ilmiah, bersifat ilmu pengetahuan, bersifat teori. Berdasarkan pengertian secara etimologi tersebut, bisa diambil makna bahwa budaya akademik merupakan pola pikir atau cara hidup sekelompok manusia yang bersifat ilmiah, dan cara pola pikir itu diwariskan dari generasi ke generasi.
Lalu bagaimana kita bisa melihat budaya akademik di bulan ramadan ini? Memasuki bulan ramadan, budaya akademik tidak hanya dilestarikan di lembaga pendidikan formal (perguruan tinggi), tetapi juga bisa terlihat di lembaga pendidikan nonformal dan informal. Setiap lembaga itu bisa menjadi satu kesatuan yang selalu melengkapi, sehingga bisa meluluskan individu yang handal.
Dorongan untuk Memperoleh Ilmu Pengetahuan
Selain al-Qur'an, suasana bulan ramadan disadari atau tidak, juga mendorong setiap manusia untuk memperoleh ilmu pengetahuan, dan juga mendorong setiap pengelola lembaga pendidikan formal, informal, dan nonformal untuk menambah jam kajian. Kita bisa lihat fenomena ini terjadi di perguruan tinggi, sekolah, masjid, majelis taklim, dan bahkan di rumah sendiri, porsi belajarnya ditambah, sekalipun sifatnya ada yang tidak wajib.
Adanya jam tambahan selama bulan ramadan ini dapat dilihat dalam bentuk kajian setiap sore, menjelang terawih, selepas subuh, dan ada juga pada pagi atau siang hari. Terlebih di pesantren, kajian kitabnya bisa lebih padat dari pada hari-hari biasanya, karena ditargetkan harus hatam. Kitab yang dikaji tidak hanya satu, setiap orang bisa mengikuti lebih dari tiga kajian kitab dalam sehari.
Jam-jam kajian ini ditambah tidak lain bertujuan untuk mewariskan pola pikir atau cara hidup umat Islam di bulan ramadan. Cara hidup yang ada sejak zaman nabi terus-menerus diwariskan hingga saat ini melalui para ulama kita, cara hidup yang dikaji ini bersifat teoretis, kemudian langsung dilaksanakan selama bulan ramada. Ekspansi teoretis ini dilakukan oleh seseorang dan lembaga agar cara hidup setiap orang bisa sinkron dengan bulan ramadan.
Ilmu Pengetahuan Mengukuhkan Keimanan dan Perbuatan
Setiap orang bisa merasakan bahwa ramadan adalah bulan yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Ketika ilmu pengetahuan ini bisa didapatkan secara ganda selama ramadan, tentunya akan mengukuhkan keimanan dan perbuatan setiap orang. Misalkan puasa ramadan, jika sesorang tidak memiliki pengetahuan tentang wajibnya puasa, maka dia tidak akan melaksanakannya. Jika orang tahu kalau membatalkan puasa tanpa halangan itu dendanya berat, maka ia akan berpikir lagi untuk membatalkannya.
Contoh lain, jika orang lain tidak mengetahui jika bersenggama di bulan ramadan itu membatalkan puasa, tentu orang ini akan seenaknya sendiri melakukan itu. Akhirnya tiada guna puasanya, karena dirinya sendiri yang membatalkannya dengan perbuatan yang dilarang di siang hari. Oleh karena itu, bulan ramadan ini bukan bulan yang biasa, kita harus memiliki banyak ilmu pengetahuan untuk menjalani puasa di bulan ramadan. jadi Selama ramadan, sempatkan mengikuti kajian-kajian yang ada di dekat rumah untuk menambah ilmu pengetahuan, agar kadar keimanan diri semakin kukuh.
Syarat-syarat Keberhasilan dalam Meraih Ilmu Pengetahuan
Ketika memasuki budaya akademik, setiap orang harus siap dengan konsekuensinya. Mereka harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan oleh ulama untuk bisa meraih ilmu dengan mudah. Syekh Al-Zarnuji kitab Ta'lim Muta'allim menjelaskan bahwa:
اَلاَ لاَتَÙ†َــــالُ الْعِـــلْÙ…َ اِلاَّ بِســــــِتَّØ©ٍ ۞ سَØ£ُÙ†ْبِÙŠْÙƒَ عَÙ†ْ Ù…َجْÙ…ُÙˆْعِÙ‡َا بِبَÙŠَانٍ
Ø°ُÙƒَاءٍ ÙˆَØِرْصٍ ÙˆَاصْØ·ِبَارٍÙˆَبُÙ„ْغَØ©ٍ ۞ ÙˆَاِرْØ´َاد اُسْتَاذٍ ÙˆَØ·ُÙˆْÙ„ِ زَÙ…َانٍ
Ingatlah! kalian tidak akan mendapatkan ilmu yang bermanfaat kecuali dengan enam
syarat, yaitu cerdas, semangat, sabar, biaya, petunjuk ustadz, dan waktu
yang lama.
Enam syarat di atas harus dipenuhi oleh setiap orang, apalagi di bulan ramadan ini. Terkadang banyak orang-orang yang mengerjakan tugas tidak jujur alias plagiat, ini artinya dia tidak sabar, tidak semangat, tidak mengikuti petunjuk gurunya. Padahal di bulan ramdan ini seharusnya sikap-sikap yang demikian bisa diminimalisir, dengan cara mengerjakan tugas dengan jujur
0 Comments