Siapa sih yang tidak senang jika sudah lulus kuliah? Hampir dipastikan semua wisudawan dan wisudawati sangat senang atas pencapaian ini. Begitu juga keluarga besar mereka, yang tak henti-hentinya mengucap syukur atas wisuda mereka.
Perjuangan untuk menjadi wisudawan dan wisudawati bukanlah perkara yang singkat dan mudah. Setiap mahasiswa diharuskan menyelesaikan perkuliahannya selama bertahun-tahun. Mereka juga harus menyelesaikan karya ilmiah yang berupa skripsi. Setelah karya itu selesai ditulis, mereka masih harus berjibaku diuji oleh para dosennya. Tidak selesai di situ, mereka lagi-lagi harus merevisi skripsi agar bisa sesuai dengan keinginan dosen penguji. Kemudian masih ada hal-hal lain yang perlu diselesaikan sebagai persyaratan mendaftar wisuda, dan itu juga butuh banyak tenaga.
Oh God, banyak sekali waktu, tenaga, fikiran, dan uang yang mereka habiskan untuk menyelesaikan itu semua. Pantas saja saat wisuda itu rasanya sangat senang, apalagi bagi mereka yang cumlaude. Terutama mahasiswa yang sangat disayang dosennya, yang kuliahnya hampir kena DO.
Rasa senang yang keterlaluan itu ternyata dapat melupakan sesuatu yang dulu diperjuangkan. Mungkin hanya sekedar ingat, tapi mereka enggan untuk membelai apalagi menyayanginya.
Skripsi oh skripsi, dirimu akan diperjuangkan dan disayang-sayang jika dibutuhkan. Tapi setelah tidak butuh lagi, kau seperti tak pernah ada di dunia ini. Diletakkan begitu saja tanpa dipedulikan sama sekali.
Sebenarnya yang dianggap penting bagi para wisudawan itu skripsi dan deretan ilmu yang dipelajari ataukah ijazah? Ataukah salah satu dari keduanya? Atau bahkan tidak keduanya? Pasti yang pernah nengalami hal ini sudah bisa menjawabnya. Sekarang, bagaimana dengan diri kalian?
0 Comments